2 kesudahan yang berlawanan

Label:

Ketika aku masih duduk di bangku sekolah, aku hidup bersama keluargaku dengan lingkungan yang baik dan taat beragama. Aku selalu mendengar doa ibuku saat kepulanganku dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri, "alangkah sabar mereka.. Setiap hari begitu.. Benar-benar mengherankan!"Saat itu, aku belum tahu kalau disitulah kebahagiaan orang mukmim, dan itulah shalat orang-orang pilihan.


Saat aku tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah, padahal tidak jarang aku mendengar dan mendapat nasihat dari waktu ke waktu.Setelah tamat dari pendidikan militer, aku ditugaskan ke luar kota. Di sana, aku tak mendengar bacaan Al-quran. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat.Aku ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol. Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan, aku kerjakan semua dengan semangat dan dedikasi tinggi.Tetapi, hidupku bagai diombang-ambingkan ombak.aku bingung dan sering melamun sendirian banyak waktu luang, namun pengetahuanku terbatas.Aku mulai jenuh, tak ada lagi yang menuntunku di bidang agama. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang terkena musibah.Sampai suatu hari terjadilah sebuah peristiwa.


 Ketika sedang bertugas di jalan tol, saat aku sedang asyik ngobrol dengan rekan kerjaku, tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat keras.Lalu, kamipun langsung membenturkan pandangan. Ternyata sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah berlawanan. Kejadian yang sungguh tragis. Kami lihat, salah satu pengemudi mobil sekarat dan 2 orang dalam mobil satunya telah tewas dengan amat mengerikan.


Lalu, pada saat perjalanan ke Rumas Sakit temanku menuntun orang yang sedang koma untuk mengucapkan kalimat syahadat,"Ucapkanlah LAILLAHAILLALLAH" perintah temanku.Tetapi, sungguh mengherankan, dari mulutnya malah melontarkan lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding. Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang sekarat.Temanku terus menuntun untuk mengucapkan kalimat syahadat, tetapi orang tersebut tetap terus saja melantunkan lagu. Tak ada gunanya. Hingga akhirnya meninggal.Temanku menunduk dan terdiam, selama perjalanan hanya kebisuan, hening.


Lalu, kesunyian pecah ketika temanku memulai bicara. Ia bicara mengenai hakikat kematian dan su'ul khatimah(kesudahan yang buruk). Ia berkata "manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk. Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di dunia." Perjalanan ke rumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami yang tentang kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa kami sedang membawa mayat.Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat khusyu' sekali.Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan hal itu.Aku kembali pada kebiasaanku semula. Aku seperti tak pernah menyaksikan apa yang menimpa dua orang yang takpernah menyaksikan peristiwa seperti dulu. Tetapi, semenjak itu aku memang sudah membenci lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam menikmatinya seperti sediakala.


Kejadian yang menakjubkan...


Selang 6 bulan dari peristiwa mengerikan itu, sebuah kejadian menakjubkan kembali terjadi di depan mataku.Seorang mengendarai mobil dengan pelan, tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan.Pengendara turun dari mobilnya u/ mengganti ban yang kempes. Ketika ia ingin menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobildengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang lelaki itupun langsung tersungkur seketika.Aku dengan seorang kawan, cepat-cepat menuju tempat kejadian. Dia kami bawa dengan mobil ke rumah sakit terdekat.Dia masih muda, dari tampangnya ia kelihatan seorang yang taat menjalankan perintah agama.


Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua panik, sehinggan tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya.Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-quran dengan suara lemah."Subhanallah!" Dalam kondisi kritis seperti itu, ia masih sempat melantuntak ayat-ayat suci Al-quran ? Darah mengguyur seluruh pakaiannya ; tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati.Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-quran dengan suaranya yang merdu. 


Selama hidup aku belum pernah mendengan suara bacaan Al-quran seindah itu. Dalam batin aku gumam sendirian, "aku akan menuntun membaca syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu. Apalagi aku sudah punya pengalaman," aku meyakinkan diriku sendiri.Aku dan kawanku seperti terkena hipnotis mendengar suara bacaan Al-quran yang merdu itu. Sekonyong-konyong tubuhkumerinding menjalar dan menyusut ke setiap rongga.Tiba-tiba suara itu berhenti. Aku menoleh ke belakang. Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya, lalu bersyahadat. Kepalanya terkulai, aku melompat ke belakang. Kupegang tangannya, detak jantungnya, nafasnya, tidak ada yang terasa. Dia telah meninggal dunia.Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes, kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku. Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah wafat. Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus menangis, air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul sangat mengharukan.


Sampai di rumah sakit...Kepada orang-orang di sana kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan. Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tidak sedikit yang meneteskan air mata. Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri jenazah dan mencium keningnya.Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan dishalatkan. Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada jenazah, semua ingin ikut menshalatinya.Salah seorang petugas rumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut mengantarkan jenazah hingga ke rumah keluarganya. 


Salah seorang saudaranya mengisahkan, saat itu sebetulnya almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia lakukan setiap hari senin. Di sana almarhum juga menyantuni para janda, anak yatin dan orang-orang miskin. Ketika terjadi kecelakan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibaagi-bagikan kepada anak-anak kecil.Bila ada yang menanyakan padanya tentang kejenuhan dalam perjalanan, ia menjawab dengan halus. "Justru saya memanfaatkan waktu perjalananku dengan menghafal dan mengulang-ulang bacaan al-Qur'an, juga dengan mendengarkan kaset-kaset pengajian, aku mengharap ridha Allah pada setiap langkah kaki yang aku ayunkan".  


Aku ikut menshalaati jenazah dan mengantarnya sampai ke kuburan.Dalam liang lahat yang sempit, dia dikebumikan. Wajahnya dihadapkan ke kiblat."Dengan nama Allah dan atas agama Rosululloh."Pelan-pelan, kami menimbuninya dengan tanah.. Mintalah kepada Allah keteguhan hati saudaramu, sesungguhnya dia akan ditanya..Dia menghadapi hari pertamanya dari hari-hari akhirat dan aku..? Sungguh seakan-akan sedangmenghadapi hari pertamaku di dunia. Aku benar-benar bertaubat dari kebiasaan burukku. Mudah-mudahan allah mengampuni dosa-dosaku di masa lalu dan meneguhkanku untuk tetap menaatinya, memberiku kesudahan hidup yang baik (khusnul khatimah) serta menjadikan kuburanku dan kuburan kaum muslimin sebagai taman-taman surga. Amin...


sumber : salah satu buku di 7mili(minilibrary)
by : anggota rohis



0 komentar:

Posting Komentar