Sep
09
Konsep Pendidikan Menurut Syed M. Naquib Al-Attas
Diposting oleh
Rohis Seven
Label:
- Kajian Masalah
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan (terutama Islam) – dengan berbagai coraknya- berorientasi memberikan bekal kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan Islam selalu diperbaharui konsepnya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis, agar peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati, tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih.
Dalam kenyataannya, di kalangan dunia Islam telah muncul berbagai isu mengenai krisis pendidikan dan problem lain yang amat mendesak untuk dipecahkan Inilah yang menuntut agar selalu dilakukan pembaharuan (modernisasi) dalam hal pendidikan dan segala hal yang terkait dengan kehidupan umat Islam.
Dewasa ini, pendidikan Islam di seluruh dunia sedang menghadapi tantangan yang sangat berat seiring dengan datangnya era globalisasi dan informasi. Tidak dapat dipungkiri
betapa pengaruh Barat pada dunia Islam sangat mempengaruhi alur perjalanan kaum muslim terutama dalam bidang pendidikan.
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, termasuk salah satu pemikir dan pembaharu pendidikan Islam dengan ide-ide segarnya. Al-Attas juga pakar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia juga dianggap sebagai tokoh penggagas Islamisasi ilmu pengetahuan yang mempengaruhi banyak tokoh lainnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI SYED M. NAQUIB AL-ATTAS
Nama lengkap Syed Muhammad Naquib Al-Attas adalah Syed Muhammad Naquib bin Ali bin Abdullah bin Muhsin bin Muhammad al-Attas. Beliau dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 5 September 1931. Pada waktu itu Indonesia berada dibawah kolonialisme Belanda. Bila dilihat dari garis keturunannya, al-Attas termasuk orang yang beruntung secara inheren. Sebab dari kedua belah pihak,baik pihak ayah maupun pihak ibu merupakan orang-orang yang berdarah biru. Ibunya yang asli Bogor itu masih keturunan bangsawan Sunda. Sedangkan pihak ayah masih tergolong bangsawan di Johor. Bahkan mendapat gelar Sayyed yang dalam tradisi Islam orang yang mendapat gelar tersebut merupakan keturunan langsung dari Nabi Muhammad.
Pada usia lima tahun, Syed Muhammad Naquib dikirim ke Johor untuk belajar di Sekolah Dasar Ngee Hang (1936-1941). Pada masa pendidikan Jepang, dia kembali ke Jawa untuk meneruskan pendidikannya di Madrasah Al-‘Urwatu Al-Wutsqa, Sukabumi (1941-1945). Setelah Perang Dunia II pada 1946, Syed Muhammad Naquib kembali ke Johor untuk merampungkan pendidikan selanjutnya, pertama di Bukit Zahra School kemudian di English College (1946-1951).
Setelah itu, beliau mengikuti pendidikan militer, pertama di Erron Hall, Chester, Wales, kemudian di Royal Millitary Academy, Sandhurst, Inggris. Selain mengikuti pendidikan militer, Al-Attas juga sering pergi ke Negara-negara Eropa lainnya (terutama Spanyol) dan Afrika Utara untuk mengunjungi tempat-tempat yang terkenal dengan tradisi intelektual, seni, dan gaya bangunan keislamannya. Setelah tamat dai Sandhurst, Al-Attas ditugaskan sebagai pegawai kantor resimen tentara kerajaan Malaya. Al-Attas mendapatkan gelar M.A. pada 1962 dari Universitas McGill, Montreal. Sedangkan gelar Ph.D. diperoleh dari Universitas London 1965.
B. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN
Syed Muhammad Naquib al-Attas adalah salah seorang cendekiawan dan filsuf muslim dari Malaysia yang menguasai teologi, filsafat, metafisika, sejarah dan literatur. Kepakarannya dalam bidang-bidang tersebut tidak diragukan lagi dan sudah diakui oleh berbagai kalangan intelektual. Berikut merupakan sebagian dari pemikiran-pemikiran yang beliau gagas.
1. Makna dan Tujuan Pendidikan
Makna dan tujuan pendidikan adalah dua unsur yang saling berkaitan. Secara umum ada dua pandangan teoritis mengenai tujuan pendidikan, masing-masing dengan tingkat keragamannya tersendiri. Pandangan teoritis yang pertama berorientasi kemayarakatan, yaitu pandangan yang menganggap pendidikan sebagai sarana utama dalam menciptakan rakyat yang baik, baik untuk system pemerintahan demokratis, oligarkis maupun monarkis. Pandangan teoritis yang kedua lebih berorientasi kepada individu, yang lebih memfokuskan diri pada kebutuhan, daya tampung, dan minat pelajar.
Ada tiga istilah yang dianggap memiliki arti yang dekat dan tepat dengan makna pendidikan. Ketiga istilah itu adalah tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib yang masing-masing memiliki karakteristik makna disamping mempunyai kesesuaian dalam pengertian pendidikan Islam.
- Makna tarbiyah dalam rangka pendidikan Islam
- Tarbiyah adalah menyampaikan sesuatu untuk mencapai kesempurnaan. Bentuk penyampaian satu dengan yang lain berbeda sesuai dengan cara pembentukannya.
- Tarbiyah adalah menentukan tujuan melalui persiapan sesuai dengan batas kemampuan untuk mencapai kesempurnaan.
- Tarbiyah adalah sesuatu yang dilakukan secara bertahap dan sedikit demi sedikit oleh seorang pendidik (murabbi).
- Tarbiyah dilakukan secara berkesinambungan. Artinya tahapan-tahapan sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti pada batas tertentu, terhitung dari buaian sampai liang lahat.
- Tarbiyah adalah tujuan terpenting dalam kehidupan baik secara individu maupun keseluruhan.
- Makna ta’lim dalam rangka pendidikan Islam
- Makna ta’dib dalam rangka pendidikan Islam
Dalam bukunya yang lain, beliau menyebutkan tujuan pendidikan dalam Islam adalah untuk menghasilkan manusia-manusia yang baik. Orang yang baik disini adalah adab dalam pengertian yang menyeluruh, “yang meliputi kehidupan spiritual dan material seseorang, yang berusaha menanamkan kualitas kebaikan yang diterimanya.” Maka, orang yang benar-benar terpelajar menurut perspektif Islam didefinisikan Al-Attas sebagai orang yang beradab. Dalam pengertian yang asli adab adalah mengundang ke suatu perjamuan. Perjamuan menyiratkan bahwa tuan rumah adalah seorang yang mulia dan terhormat dan banyak orang yang hadir. Ini juga berarti bahwa orang-orang yang hadir itu adalah mereka yang dalam penilaian tuan rumah patut mendapat atas undangan itu. Berdasarkan ini maka adab berarti juga disiplin terhadap pikiran dan jiwa, untuk menunjukkan tindakan yang betul melawan yang keliru, yang benar melawan yang salah, agar terluput dari noda dan cela.
Pendidikan menurut Al-Attas adalah “penyemaian dan penanaman adab dalam diri seseorang – ini diebut ta’dib” al-Qur’an menegaskan bahwa contoh ideal bagi orang yang beradab adalah Nabi Muhammad SAW. Yang oleh kebanyakan sarjana Muslim disebut sebagai Manusia Sempurna atau Manusia Universal.
Menurut Al-Attas, jika benar-benar dipahami dan dijelaskan dengan baik, sebagaimana telah dijelaskan diatas, konsep ta’adib adalah konsep paling tepat untuk pendidikan Islam, bukannya tarbiyah ataupun ta’lim. Dia mengatakan, “Struktur konsep ta’adib sudah mencakup unsur-unsur ilmu, instruksi dan pembinaan yang baik sehingga tidak perlu lagi dikatakan bahwa konsep pendidikan Islam adalah sebagaimana terdapat dalam tiga serangkai konsep tarbiyah-ta’lim-ta’dib.”
2. Kurikulum Dan Metode Pendidikan
Metode merupakan sarana yang bermakna dan faktor yang akan mengefektifkan pelaksanaan pendidikan. Demikian pentingnya metode dalam pendidikan Islam, telah menempatkan faktor ini sebagai faktor yang esensial dalam pelaksanaan pendidikan.
- Persiapan Spiritual
- Ketergantungan Pada Otoritas dan Peranan Guru
- Peranan Bahasa
- Metode Tauhid
- Pancaindra, Akal, dan Intuisi
- Penggunaan Metafora dan Cerita
Kajian Al-Attas mengenai muatan pendidikan Islam berangkat dari pandangan bahwa karena manusia itu bersifat dualistis, ilmu pengetahuan yang dapat memenuhi kebutuhannya dengan baik adalah yang memiliki dua aspek. Pertama, yang memenuhi kebutuhannya yang berdimensi permanen dan spiritual; dan kedua, yang memenuhi kebutuhan material dan emosional.
Ia juga secara tegas mengusulkan pentingnya pemahaman dan aplikasi yang benar mengenai fardu ain dan fardu kifayah. Penekannanya pada kategorisasi ini mungkin juga karena perhatiannya terhadap kewajiban manusia dalam menuntut ilmu dan mengembangkan adab.
Ilmu fardhu ’ain (ilmu-ilmu agama), yaitu
- Kitab suci Al-Qur’an.
- Sunnah.
- Syari’at.
- Teologi.
- Metafisika.
- Ilmu Bahasa (bahasa Arab).
- Ilmu Kemanusiaan
- Ilmu Alam
- Ilmu Terapan.
- Ilmu Teknologi.
- Perbandingan Agama.
- Kebudayaan Barat.
- Ilmu Linguistik: Bahasa Islam, dan
- Sejarah Islam.
Peserta didik disarankan untuk tidak tergesa-gesa belajar kepada sembarang guru, sebaliknya peserta didik harus meluangkan waktu untuk mencari siapakah guru terbaik dalam bidang yang ia gemari.
Adab guru dan peserta didik dalam filsafat pendidikan Al-Attas tampaknya diilhami oleh prinsip yang dipertahankan para ilmuwan Terkenal, khususnya Al-Ghazali. Selain persiapan spiritual, guru dan peserta didik harus mengamalkan adab, yaitu mendisiplinkan pikiran dan jiwa. Peserta didik harus menghormati dan percaya kepada guru; harus sabar dengan kekurangan gurunya dan menempatkannya dalam perspektif yang wajar.
Peserta didik seharusnya tidak menyibukkan diri pada opini yang bermacam-macam. Sebaliknya, ia meguasai materi sebaik penguasaannya dalam praktik. Tingkat ilmu seseorang yang bisa dibanggakan adalah yang memuaskan guru. Gurupun seharusnya tidak menafikan nasihat yang datang dari peserta didik dan harus membiarkannya berproses sesuai dengan kemammpuannya. Guru juga harus menghargai kemampuan peserta didik dan mengoreksinya dengan penuh rasa simpati.
C. ANALISIS
Setelah penulis mengupas biografi Syed Muhammad Naquib al-Attas dan menguraikan gambaran pendidikan Islam, maka darisinilah penulis mencoba untuk memberikan analisis untuk sedikit memperjelas bagaimana konsep pendidikan dari Al-Attas itu sendiri.
Dari deskripsi di atas, dapat ketahui bahwa secara orientasi pendidikan Al-Attas adalah mengarah pada pendidikan yang bercorak moral religius yang tetap menjaga prinsip keseimbangan dan keterepaduan sistem. Hal tersebut terlihat dalam konsepsinya tentang Ta’dib (adab) yang menurutnya telah mencakup konsep ilmu dan amal. Di situ dipaparkan bahwa setelah manusia dikenalkan akan posisinya dalam tatanan kosmik lewat proses pendidikan, ia diharapakan dapat mengamalkan ilmunya dengan baik di masyarakat berdasarkan adab, etika dan ajaran agama. Dengan bahasa yang berbeda dapat dikatakan bahwa penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi pertimbangan nilai-nilai dan ajaran agama.
Hal itu merupakan indikator bahwa pada dasarnya paradigma pendidikan yang ditawarkan Al-Attas lebih mengacu kepada aspek moral-transendental (afektif) meskipun juga tidak mengabaikan aspek kognitif (sensual–logis) dan psikomotorik (sensual-empiris). Hal ini relevan dengan aspirasi pendidikan Islami, yakni aspirasi yang bernafaskan moral dan agama. Karena dalam taksonomi pendidikan Islami, dikenal adanya aspek transendental, yaitu domain iman disamping tiga domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Apabila ditelaah dengan cermat pula, format pemikiran pendidikan yang ditawarkan oleh Al-Attas, tampak jelas bahwa dia berusaha menampilkan wajah pendidikan Islam sebagai suatu sistem pendidikan terpadu.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pada deskripsi yang telah dipaparkan diatas, maka dapatlah ditarik beberapa kesimpulan, yaitu penetapan konsep yang tepat untuk digunakan dalam pendidikan Islam sebagaimana didefinisikan, dalam hal ini adalah ta’dib, bukannya tarbiyah atau ta’lim. Hal ini dikarenakan dalam ta’dib itu sendiri sudah tercakup ketiga istilah tersebut.Tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan yang dimaksudkan al-Attas adalah insan kamil atau manusia universal. Hal ini merujuk pada pribadi Nabi saw, yang merupakan perwujudan manusia sempurna, sedangkan pendidikan diarahkan pada terwujudnya potensi dan bawaan manusia sehingga bisa sedekat mungkin menyerupai Nabi saw.
Melihat realita dalam dunia pendidikan dewasa ini, kiranya menuntut untuk mengubah konsep dasar pendidikan Islam yang selama ini digunakan dalam pendidikan Islam, hal ini dikarenakan sifat-sifat konsep tersebut yang tidak sesuai dengan konsep dasar pendidikan Islam sebagaimana yang dikehendaki.
DAFTAR PUSTAKA
Daud,Wan Mohd Nor Wan. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam. Mizan. Bandung : 2003.Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. Islam dan Sekularisme. penerbit pustaka. Bandung : 1981.
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Ciputat Pers. Jakarta: 2002.
Aly, Hery Noer. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999.
Al-Amir, Najib Khalid. Tarbiyah Rasulullah. Jakarta: Gema Insani Press. 1996.
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1992.
Sumber : http://haznan170.wordpress.com/2010/06/14/konsep-pendidikan-menurut-syed-m-naquib-al-attas/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Roven Smanjuh , Rohis bandar lampung , rohis bandarlampung , Rohis SMA Negeri 7 Bandar Lampung , rohis sma negeri 7 bandarlampung , rohis sman 7 bandarlampung , rohis sman 7 bandar lampung , rohis bandar lampung , rohani islam bandar lampung, rohani islam bandarlampung , fkar , forkapmi , Rohis seven , roven Sma negeri 7 bandarlampung , roven sma negeri 7 bandar lampung, roven sman7 bandar lampung, roven sman7 bandarlampung, roven sman 7
Posting Komentar